![]() |
Sumber Cahaya dari Sebatang Korek Api |
Pernah nggak ngebayangin, apa jadinya kalau ilmuwan-ilmuwan
seperti Thomas Edison atau Joseph Swan tidak melakukan penelitian hingga
menemukan lampu pijar. Mungkin benda yang dapat memancarkan cahaya setiap saat,
alias lampu tidak akan ada sekarang. Bisa kan ngebayangin gimana jadinya kalo
nggak ada lampu saat matahari sudah terbenam? Kalau saya sih nggak pengen
ngebayangin ya, lah wong saya tidur malam dengan lampu dipadamkan aja nggak
suka. Apalagi kalo nggak ada lampu ya? Gimana nasib saya.
Beruntung saya terlahir di era yang sudah modern seperti sekarang
ini. Saya bisa menggunakan lampu sebagai sumber cahaya saat malam datang. Saya
jadi bisa melakukan banyak aktifitas yang kadang belum selesai dikerjakan saat
siang hari, seperti baca komik masak, baca novel setrika baju,
atau sekedar nonton tv cuci piring setelah makan malam.
Tapi ternyata belum semua orang yang terlahir di era modern
ini dapat menikmati terangnya lampu saat malam hari. Bahkan data di tahun
2016 menyebutkan bahwa di Indonesia masih ada kurang lebih 12.000 desa dengan
penduduk berjumlah 30 juta jiwa belum memiliki akses listrik, yang artinya
mereka juga tidak memiliki akses terhadap lampu. Mereka hanya mengandalkan
lilin atau sumber pencahayaan lain yang menggunakan minyak tanah sebagai
pemantik nyala apinya.
Saya jadi merasa bersalah sudah sering buang-buang listrik
untuk menyalakan lampu dimalam hari saat sedang tidur. Padahal diluar sana
masih banyak saudara-saudara yang membutuhkan hal tersebut.
Hal inilah yang kemudian membuat Philips, sebagai pemimpin
global di bidang pencahayaan, melakukan inovasi untuk menyediakan sistem
pencahayaan dengan mengandalkan energi terbarukan alami seperti sinar matahari.
Inovasi tersebut kemudian dikemas dalam bentuk Program “Kampung Terang Hemat
Energi” yang telah dimulai sejak tahun 2015 di Sembilan desa yang tersebar
di Sulawesi Selatan.
Dengan adanya program Kampung Terang Hemat Energi ini,
penerangan yang ada tidak hanya sebatas di rumah-rumah warga, tapi juga dapat
dinikmati pada fasilitas umum seperti Puskesmas, tempat ibadah, balai desa
hingga jalanan.
Tak hanya menerangi kawasan desa, program ini juga turut
serta meningkatkan kesejahteraan warga. Hal ini karena anak-anak bisa tetap
belajar, kegiatan perekonomian tetap berjalan, orang tua dapat melanjutkan
aktifitasnya dengan aman, fasilitas kesehatan tetap dapat berjalan saat kondisi
darurat di malam hari hingga meningkatnya keamanan
warga karena tidak lagi menggunakan api sebagai sumber cahaya, baik dari lilin
ataupun minyak tanah.
Melihat dampak positif yang banyak dirasakan oleh warga pada
program yang diselenggarakan sejak tahun 2015 tersebut, Philips kemudian memperluas
instalasi pencahayaan LED tenaga surya di kurang lebih 25 desa yang belum
dialiri listrik
melalui program Kampung Terang Hemat Energi 2017-2018.
Pada acara
peluncuran Program “Kampung Terang Hemat Energi” yang diselenggarakan pada Rabu 2 Agustus lalu, Philips
berkomitmen akan menyediakan penerangan untuk rumah dan fasilitas
umum seperti Puskesmas, sekolah dan jalan umum di beberapa desa di wilayah Sumatera Utara,
Bali Timur, Kalimantan Tengah dan Maluku. Philips Lighting memperkirakan
terciptanya 2.886 titik lampu baru, yang berarti hampir sepuluh kali lebih banyak
dari jumlah titik lampu yang diciptakan semula di Sulawesi Selatan.
Semoga dengan adanya program ini akan semakin banyak
daerah-daerah yang dapat merasakan sumber pencahayaan dari matahari. Siapa
taukan daerah-daerah tersebut ternyata punya potensi wisata yang bagus, jadi
kita nantinya juga bisa jalan-jalan kesana dengan nyaman dan terang tentunya.
Cheers,
Noriko Reza
Mantap kegiatanya. sangat bermanfaat.
BalasHapusAlhamdulillah kalau ada yg berkenan mengembangkan energi baru dan terbarukan, semog bermanfaat utk kehidupan.
BalasHapus