Jumat, 19 Agustus 2016

Suami Istri Mandiri



Dalam persepsi saya, yang namanya menikah berarti suami dan istri harus saling membutuhkan dan saling ketergantungan satu sama lain. Tujuan nya supaya rumah tangga nya akan selalu awet dan nggak terjadi sesuatu yang diinginkan.
Kenapa begitu? Karena menurut pendapat pribadi saya, ketika suami dan istri saling ketergantungan maka jika suatu saat mereka bertengkar karena suatu hal, pertengkaran itu tidak akan bertahan lama. Gimana bisa bertahan lama kalo pas lagi diem – dieman ternyata si suami lupa dimana sepatu futsal nya,dan biasanya yang tau tempatnya cuman si istri. Jadi mau nggak mau mereka akan saling ngobrol lagi kan hehehe.

Tapi seiring dengan jalan nya usia pernikahan saya dan si mas suami, ternyata hubungan antar suami dan istri nggak bisa se simple itu. Memang suami dan istri harus saling membutuhkan dan ketergantungan, tapi mereka pun juga harus bisa saling mandiri. Karena bagaimana pun juga segala sesuatu bisa saja terjadi, mau yang baik atau yang buruk sekalipun.

Nah saya dan si mas suami sendiri termasuk pasangan yang tingkat ketergantungan nya cukup tinggi dan kurang mandiri satu sama lain. Mulai ketergantungan yang berat, simple sampai yang nggak penting sekalipun. Namanya juga baru pernikahan tahun ke-3 hehehehe.

Ketergantungan Berat


Si mas terbiasa segala sesuatunya saya yang urus, mulai dari jadi alarm bangun tidur, menyiapkan baju komplit dan handuk setelah mandi juga menyiapkan makanan. Meskipun bagi sebagian orang ini simple, tapi ketika saya nggak ada dirumah semua bisa berantakan. Apalagi si mas nggak ngerti dimana letak kaus kaki, daleman, baju pendek, panjang dan lain – lain karena terbiasa semua sudah siap ketika keluar kamar mandi. Yang ada ketika saya nggak dirumah semua diacak –acak buat cari dimana tempatnya, dan ketika akhirnya barang yang dicari ketemu malah berangkat ke kantornya yang terlambat.

Nggak cuman si mas, saya sendiri juga selalu bergantung sama suami. Apalagi urusan transportasi dan financial. Saya termasuk nggak berani kemana – mana sendiri, karena selain nggak hafal jalan, saya juga nggak berani mengendarai kendaraan sendiri. Kalo urusan finansial, sejak memutuskan resign dan belajar berwirausaha otomatis ketika terjadi sesuatu seperti kerugian atau butuh tambahan modal untuk ikut bazar, pasti yang jadi sponsor utama ya si mas hehehe. Untung nya sih si mas masih bekerja, tapi kan kita nggak tau sampai kapan suami kita bisa terus kerja di perusahaan orang. Apalagi kondisi ekonomi nggak melulu stabil bagus.

Suami Istri Harus Bisa Mandiri


Kalo kita bisa serumah terus sih enak, saya bisa nyiapkan segala sesuatu keperluan mas, begitu juga saya bisa kemana – mana diantar jemput dengan aman. Tapi hidup kan nggak seenak itu. Mungkin ada kalanya ketika suami dan istri harus tinggal berjauhan seperti ketika ayah harus mengambil pendidikan di negeri lain. Atau seperti papa yang kerjanya sebagai seorang pelaut sehingga banyak waktunya dihabiskan di tengah laut saat bekerja. Itu kalau kondisi baiknya, kondisi yang lebih buruk pun bisa saja terjadi juga kan. Dan kalo kita sebagai suami atau istri nggak bisa mandiri, bisa pusing juga sih jadinya.

Mau nggak mau saya juga si mas harus pelan – pelan mulai belajar saling mandiri. Seharusnya sih nggak susah, karena toh dulu sebelum menikah kita terbiasa melakukan segala sesuatunya sendiri. Teorinya sih gampang, entahlah ya prakteknya hehehehe.

Saya mulai membiasakan si mas untuk ambil baju sendiri setiap habis mandi di hari libur atau Sabtu dan Minggu. Karena nggak harus takut terlambat kerja, jadi biasanya saya biarin aja si mas cari baju sendiri, biarpun sambil teriak – teriak hehehehe. Yang penting si mas taulah tempatnya dimana aja baju – baju nya, jadi kalo nanti saya nggak dirumah semuanya aman.

Saya sendiri pun mulai membiasakan diri untuk harus bisa kemana – mana sendiri, nggak harus kemana – mana diantar sama si mas. Gimana bisa maju dan berkembang kalo kemana – mana mesti nunggu diantar suami yang mungkin waktu senggangnya cuman hari Sabtu Minggu, itupun kalo lagi nggak kuliah. Untung nya sih ada transportasi umum yang cukup aman (menurut saya) seperti busway, ojek online atau taksi online. Biasanya saya akan lebih memilih naik busway, kecuali kalo lokasi yang dituju tidak terjangkau busway. Saya akan menggunakan busway sampai jarak terdekat kemudian lanjut dengan ojek online.

Sedangkan untuk urusan finansial, saya mulai belajar merapikan semua transaksi baik online maupun offline dari kegiatan yang saya lakukan. Tujuan nya tentu saja untuk mengetahui tentang laba, rugi juga perputaran keuangan non rumah tangga yang sudah dilakukan, sehingga jika terjadi kesalahan yang menyebabkan kerugian bisa segera dievaluasi, dan jika memberikan profit bisa dioptimalkan dengan baik supaya bisa dijadikan tambahan modal.

Memang sih hidup sebagai suami istri itu harus saling bergantung dan membutuhkan, tapi tetap semua harus sesuai dengan kondisi. Dan sebagai istri ataupun suami harus saling siap jika tiba – tiba suatu saat harus melakukan semuanya sendiri, entah karena harus tinggal berjauhan, atau yang lainnya.

Cheers,
Noriko Reza

3 komentar:

  1. Aku ga bisa jauh dari mas udin, tapi gara2 ada duo al, bikin sering kepepet harus bisa kemana2 anter duo al tanpa harus nunggu mas udin pulang kerja. soale ternyata juga makin banyak anak suami makin banyak lemburan -_-

    BalasHapus
    Balasan
    1. The power of kepepet ku belum memasuki tahap genting mungkin soale mbak hehehe..
      Tapi pernah seh kepepet mesti nyetirin dhana ke rumah sakit gegara habis cedera futsal..alhamdulillah selamet berdua sampe rumah sakit dengan penuh keringet dingin plus stres kebelet pipis..hahahaha..
      Padahal loh nggak keluar area komplek yang jalan raya..

      Hapus
  2. yei udah dot com ya...*ninggal komen nggak penting...>,<

    BalasHapus