Jumat, 11 September 2015

Critical Eleven

Pengarang: Ika Natassa
Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama
Agustus 2015


Kesan pertama waktu lihat cover buku ini di jajaran rak toko buku adalah “Wah pasti buku tentang kecelakaan pesawat ini”. Langsung ambil, bayar di kasir dan bawa pulang.
Eh ternyata setelah buka halaman demi halaman novel ini kesan pertama ku ternyata salah total J.
Dan sama sekali nggak menyesal sudah menjatuhkan pilihan untuk membeli buku ini sebagai bahan bacaan karena suami sibuk dengan tugas tugas kantor dan kuliahnya *curhat*.

Critical Eleven menceritakan tentang pertemuan 2 orang dengan status single dalam perjalanan mereka menggunakan transportasi udara atau pesawat terbang (ooh pantes gambar covernya pesawat). Pertemuan yang mungkin sudah ditakdirkan oleh Tuhan untuk akhirnya menjadikan mereka sebagai sepasang suami istri, Ale dan Anya. Bagi Ale, Anya adalah sosok perempuan yang begitu diidamkan nya setelah pertemuan di dalam pesawat. Begitu juga dengan Anya.

Awalnya segalanya berjalan indah dan menyenangkan bagi keduanya walaupun kehidupan mereka sebagai suami istri tidak bisa dijalankan secara normal seperti pasangan lain yang hidup bersama-sama. Tapi kemudian romantisme dalam rumah tangga berubah ketika usia pernikahan mereka menginjak tahun ketiga. Kepergian calon buah hati yang selama 3 tahun dinantikan justru menjadi awal petaka bagi mereka berdua, mulai dari perginya Anya ke Singapore untuk tugas kantor tanpa berpamitan dengan Ale, Anya yang menginginkan pisah kamar dengan Ale, Anya yang keluar rumah dengan membawa hampir seluruh pakaian nya, Ale yang tidak mau masuk kedalam kamar buah hatinya, kecelakaan yang menimpa Ale hingga kepercayaan Anya yang belum bisa kembali pada Ale karena telah menyakitinya.

Meskipun permasalahan yang berkembang dalam cerita ini adalah tentang kehidupan rumah tangga, tapi gaya cerita Ika Natassa yang simple dan ringan sangat jauh dari kesan “sinetron” (tau kan gaya sinetron kita kalau jalan ceritanya tentang masalah rumah tangga). Masing-masing permasalahan disampaikan dari sudut pandang Ale maupun Anya, sehingga kita bisa ikut merasakan sedih, bahagia, sakit atau galaunya para tokoh utama.

Anya yang bertahan dengan sakit hatinya dan berusaha keras mencoba menghapus Ale dari pikiran sadar dan alam bawah sadarnya, namun tidak pernah berhasil dengan teori apapun. Ale yang sabar dengan perasaan bersalahnya berusaha memperbaiki keadaan namun tidak menyadari apa yang diinginkan Anya.

Sampai akhirnya segalanya berakhir secepat semuanya berawal. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar