Me Versus High Heels!
Aku vs Sepatu Hak Tinggi!
Penulis : Maria Ardelia
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Tahun Terbit : 2005
Halaman : 358 hal
Jenis Cover : Soft Cover
Novel teenlit berjudul Me Versus High Heels! ini menceritakan tentang Sasha, seorang gadis SMA yang tomboy dan selalu ceria. Sasha yang tomboy memiliki sahabat bernama Arnold dan Lola si gadis manis yang feminim. Sasha yang tomboy terbiasa cuek dengan kondisi sekitarnya, termasuk cuek dengan kebiasaannya sehari – hari yang bikin cowok cowok enggan naksir dengan Sasha, seperti suka kentut sembarangan, cinta basket yang bikin item kulit Sasha, pakai celana belel yang sobek sobek dan lain sebagainya.
Tapi keadaan Sasha ini berubah ketika Sasha tanpa sengaja bertemu dengan seorang cowok yang katanya sih mirip dengan idolanya saat makan malam dengan keluarganya. Pertemuan dengan seseorang yang mirip dengan idolanya itu kemudian diceritakan Sasha pada Dondon teman basketnya, dan tak disangka Dondon ternyata mengenal lelaki yg dilihat Sasha. Dia adalah Ronald saudara tiri Dondon yang kemudian membuat Sasha jatuh cinta pada pandangan pertama.
Sejak saat itu Sasha berubah menjadi gadis yang sesuai dengan tipe Ronald, yaitu gadis feminim yang berambut panjang, suka pakai high heels, pintar masak, selalu dandan kemanapun perginya dan busananya selalu modis. Tentu saja Sasha harus berjuang keras karena gadis yang sesuai dengan tipe Ronald sangat berkebalikan dengan kepribadian Sasha selama ini. Alhasil sahabat – sahabat Sasha, Lola dan Arnold, dibuat pusing karena harus membantu Sasha berubah menjadi gadis feminim.
Tapi ternyata perjuangan Sasha berubah menjadi feminim justru membuatnya sakit hati. Sakit hati itu ditambah dengan kecewanya Sasha karena pada saat hari ulang tahunnya justru Sasha tau siapa Roland sebenarnya dan siapa gadis yang diinginkan Roland. Tanpa disadari Sasha sebenarnya justru ada seseorang didekatnya yang mau menerima Sasha apa adanya tanpa harus berubah menjadi orang lain.
Novel ini diceritakan dengan bahasa yang ringan dan tidak bertele tele, alurnya pun cukup mudah dimengerti namun tidak membuat pembaca bisa menebak akhir ceritanya. Pesan moral yang disampaikan dalam novel ini adalah kita tidak harus menjadi orang lain untuk dapat dicintai dan dikasihi seseorang. Kita boleh berubah menjadi lebih baik untuk seseorang, tapi perubahan itu haruslah kearah yang lebih baik, bukan perubahan yang membuat kita berubah 100% menjadi orang lain.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar